Jawapes, LAMONGAN - Bagi publik dan segenap warga negara Indonesia, literatur sejarah menjadi hal yang sangat substansial dalam pemenuhan kebutuhan dan bila mengingat banyak manuskrip yang hilang atau sengaja dimusnahkan oleh para kolonialisme kala itu, maka boleh dikira bahwa sejarah yang tertulis didalam buku-buku pada saat ini tidak sepenuhnya dapat dianggap benar.
Subhan Arif sebagai penulis ketika berniat sowan dan ziarah kubur sekaligus menggali apapun yang ditemui dilokasi area Gunung Ratu karena mengingat tempat tersebut tidak asing dan banyak pengalaman spiritualitas yang berharga di dapat oleh penulis kala itu bersama para guru pembimbing beserta rombongan.
Berbekal kembang sekar dan wewangian seadanya, sambil memandang sekitar area tiba dilokasi, masih diatas motor sambil membuka dinding hijab qolbu terasa aura yang sangat memprihatinkan, linglung orang ketika melihat gelagat penulis dan segera menyarankan untuk memarkir motor didepan kedai kopi yang terletak persis didepan tangga naik kelokasi makam, saran seseorang kepada Subhan.
Berat sangat terasa hati bercampur emosi perasaan bersalah karena telah lama tidak berziarah. Tangga demi tangga dilalui oleh penulis, meski terasa seakan tidak akan sampai pada puncaknya, sesekali berhenti dan didahului oleh beberapa anak kecil peziarah didampingi orang tua dan para keluarganya.
Sempat berkeinginan untuk kembali, jika pada puncaknya nanti adalah hikmah keberhasilan dari penulis yang selama ini telah diamalkan. Seketika sadar bahwa kedatangan penulis ke Gunung Ratu adalah ada yang menghendaki.
Terkejut dan tertegun lama melihat keadaan yang tidak terbayangkan sebelumnya, sangat berantakan suatu keadaan menurut Subhan Arif karena sangat memprihatinkan. Sebab yang dulu penulis ingat lokasi tersebut teduh, nyaman dan leluasa, kini hanya tepat diatas makam sebuah penutup dari terpal plastik, di depan makam sembari menabur kembang dan wewangian tidak terucap sepatah katapun doa dari penulis, dihampiri seorang peziarah nampak mimik yang juga menyiratkan kesedihan dengan logat bahasa bukan jawa kental saat bertanya kepada penulis dari mana asalnya, saya dari Kedamean Gresik," jawab Subhan Arif.
Beribu kata maaf sebelumnya dari lubuk hati yang terdalam dari penulis, jika menjadi pesan dalam artikel ini terdapat kalimat kritik atau selebihnya merasa tersayat hati, maka sebuah pertanda positif bahwa keadaan lokasi area makam Gunung Ratu Ngimbang mengisyaratkan agar segera dilaksanakan pengerjaannya, bersambung. (Sub)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar